Nasib yang Ada Bumi Indonesia
Oleh: Nazwa Shabrina Zain
Kenangan tahun lalu, Juli 2022. Aku bersama keluarga
mencoba keluar untuk melihat Kebun Binatang Gembira Loka Zoo, di Yogyakarta. “Bagaimana keadaan hewan sekarang?!” kata yang
bagus memberi semangat
telinga mungkin bertamasya
untuk weekend menyenangkan selepas letih dari aktivitas jam kerja kita.
Tidak lupa membawa bekal makanan menyiapkan picnic. Selalu ada kata, “Membawa dari
rumah lebih sehat dari pada membeli di luar.” Air minum tidak dengan botol plastic
sekali pakai kita mengusahakan agar sampah tidak berceceran di mana-mana.
Jangan lupa smartphone beserta juga kunci mobilnya.
Di setiap jalan di penuhi bau asap kendaraan,
pagi menuju siang terik. Mobil kita sudah mulai kepanasan di landa sinar matahari,
kaca depan mobil mulai menunjukkan kilauan sinarnya, “Silau, silauu..” kataku
sambil menyipitkan mata melihat jalan kota, sampai kedua tanganku menutupi
mataku. Suasana mobil mulai hangat.
“Perubahan iklim, deforestasi, perburuan,
perdagangan, mengancam keanekaragaman hayati. Imbasnya meningkatkan risiko
penurunan populasi hingga kepunahan di alam,” kata Rheza Maulana.
Biasanya di perjalanan desa, aku masih bisa
menghirup udara segar pagi hari disertai berjumpa hewan terbang seperti burung kuntul di sawah. Mereka biasanya mencari makanan di
sawah namun kebanyakan mereka muncul berburu saat musim hujan, terbang ke sana ke
mari bersama kelompok kawanannya. Mereka memiliki kelompok bulu bercorak putih
polos, corak orange kekuning-kuningan, lorek hitam, dan lorek abu-abu. Saat
mereka terbang, sayapnya besar dan lebar sekali, pergi ke tanah gembur nan
becek sehabis dibajak tractor.
Mari kita perhatikan lagi bahwa kerbau di
sawah sudah jarang ada. Para petani menggantikan alih fungsinya dengan alat tractor,
sepenuh kerjaannya sudah tergantikan alat canggih ini. Hanya sapi, domba
dan kambing tersisa yang pernah aku lihat di desa atau lapangan rumput terbuka.
Masih dalam perjalanan. Banyak sekali
toko-toko mall, souvenir, kuliner, dan mebel berhimpit-himpitan di
sekitar jalanan, mereka disemen, meratakan, menutupi tanah di atas bangunan
sehingga air hujan tidak jatuh ke tanah langsung. Langsung masuk ke saluran
pipa bawah tanah namun pipa terkadang tidak muat menampung banyaknya air hujan
menetes di bumi. Tergenanglah air sekitar pinggir jalan mengganggu keadaan
pengemudi lalu lintas.
Beberapa kawanan burung dara terbang ke sana kemari
di kabel aliran listrik rumah. Kucing jalanan keliling-keliling sekitar trotoar
mencari makan, setidaknya mungkin dia mendapatkan makan hasil sampah rumah
tangga. Alhasil pencemaran lingkungan, baunya sampah kemana-mana dari jarak ke
jarak tercium bau tak sedap di hidungku. Sampah rumah tangga terkena air hujan,
serpihan-serpihan sampah tercecer tersumbat di pipa.
Banyaknya jumlah pengendara mobil-montor di
jalan menjadikan waktu perjalanan ke tujuan semakin panjang. Terdengar suara
klakson kendaraan di mana-mana akibat macetnya jalan.
Sampai di tempat. Kita memarkirkan mobil di halaman
belakang Gembira Loka Zoo, dikarenakan bangunan depan sedang dalam renovasi. Aku
turun mobil bersama ayah, ibu, juga adik sepupu. Mengantri agar mendapatkan
tiket masuk, saat pagi menuju siang belum terlalu ramai pengunjungnya. Kami
mendapatkan barisan pertengahan di loket gerbang belakang. Setelah membayar, harga
tiket sudah termasuk naik kereta pada saat itu. Kami masuk lewat gerbang
belakang.
Pintu masuk gerbang besar belakang dibuka
sedikit oleh petugas karena masih pagi sekali jam operasionalnya. Di kawasan
pertama kali saya disambut hewan bajingan raksasa. Aku melihat 2-3 tupai Jelarang
di kandang cukup tinggi, bewarna cokelat dan berekor panjang. Cekrek..
cekrek.. tidak lupa memotret salah satu teman dari mereka sedang memanjat
di dahan kayu, mengangkat momen kenangan kunjungan kebun binatang bersama
keluarga. Kandang sebelah temannya kosong mungkin karena ada renovasi atau
hewan sedang dalam karantina.
Turun menuju ke bawah, tangga berundak-undak
landai. Sekitar turunan, kita menjumpai banyak kandang kosong lagi. Sayang
tidak bisa melihat hewan tersebut seperti apa, bahkan mengambil spot
foto bersama mereka.
“Apakah satwa liar hanya dianggap sebagai objek
untuk dijual? Apakah pepohonan hanya dianggap sebagai kayu untuk ditebang?”
kata Rheza Maulana. Karena perubahan geolokasi seperti pemanfaatkan lahan untuk
tempat tinggal, pohon-pohon sebagai sarang tempat tinggal mereka ditebang
secara liar dan status hewan menjadi langka sebab maraknya pemburuan illegal
oleh orang tidak bertanggung jawab.
“Flora dan Fauna yang beranekaragam adalah
kesatuan komponen alam dengan peran ekologis. Menyayangi mereka adalah dengan
cara membiarkan mereka menjalankan perannya di alam,” tegas Rheza Maulana.
Mereka menjalani kehidupan di balik kerangkai kandang bersama kawanannya
mendapatkan makanan kesukaan namun mereka ingin mencari, berjalan-jalan di
luar, hidup berada di tempat sarang bebas polusi jauh dari kata eksploitasi. Mereka
terpaksa harus berada di penangkaran agar mereka tetap hidup termasuk hewan
dilindungi.
Inilah sebab-akibat para hewan tidak bisa
menikmati alam bebas, sebebas dahulu kala mereka bisa berkeliaran liar di
mana-mana, bergelantungan, menikmati siang-malam bersama sesama spesies,
berteduh, populasi tetap stabil, dan kegiatan rantai makanan dapat jalan
berlangsung tanpa harus ada hambatan tempat. Mereka membutuhkan lahan agar
hidup bahagia.
Dari Rheza Maulana, “Semakin marak upaya
konservasi berupa penyelamatan, rehabilitasi, dan pelepasliaran. Ada pula
kegiatan perbanyakan populasi spesies terancam punah.” Namun mereka harus
diselamatkan karena tempat tinggal mereka hangus terbakar api, melahap semua
ekosistemnya termasuk mereka. Dicari keberadaannya, terus-menerus diburu sampai
dapat. Hayati mereka tercancam sehingga mereka harus berada di tempat
penangkaran.
Sekarang kita memasuki zona primata. Kandang mereka tempati cukup besar dan luas,
mereka bisa langsung berkontak dan bermain bersama teman-temannya. “Ayoo..
kesana ada monyet, ada monyet!” aku berkata kegirangan mengajak orang tuaku
beserta adik sepupu. Pertama disambut bertemu dengan lutung Jawa. Aku senang
melihatnya saat mereka bermain dengan sepasang kawannya di dahan, memanjat
kerangkai, bahkan mereka melihat kami juga. Juga sebelah kadangnya ada jenis
monyet lain, dia Common Squirrel Monkey dan owa janggut putih.
Kami terhibur melihatnya.
Selepas melihat cukup banyak hewan, kami
memutuskan beristirahat sejenak. Dari luar toko ‘Zoovenir’ banyak tumpukan
boneka hewan lucu dan souvenir berlokasi di dekat kandang tupai jelarang.
Aku mengajak ayah, ibu, dan adik sepupuku ke toko souvenir tersebut.
Kami mendapati boneka ikan, burung beo, kura-kura, monyet, dan gajah. Aksesoris
seperti topi. Sambil memegang boneka burung jalak Bali, aku memohon permintaan
kepada ayah supaya dibelikan boneka jalak Bali. Setelah membayar di kasir
berdekorasi indah bertema hewan-hewan, akhirnya boneka jalak Bali dibeli.
Jalan kaki sejenak menuju di tempat terdekat
yaitu pendapa. Sesampai di tempat, kami makan dan minum. Kami
melanjutkan perjalanan dengan transportasi kereta, penumpang tidak terlalu
banyak menunggang sehingga kami kebagian kursi belakang. Mengelilingi sekitar
jauh lebih cepat, kami dapat mengetahui wahana rekreasi, toko-toko, dan tempat
di mana hewan-hewan tersebut berada.
Jauh dari gerbang belakang. Di kawasan banyak
jenis burung. Kita di sambut burung beo, petugas kebun binatang sedang
menyiapkan pertunjukan untuk para pengunjung agar menikmati burung beo secara
langsung. Masuk lebih dalam kawasan burung. Ramai pengunjung melihat banyak
burung, termasuk jalak putih. Kami keluar disambut oleh flamigo kecil. Jenis
flamigo ini sangat bersahabat dengan para pengunjung. Ditambah lagi, mereka
tidak terkurung di kandang. Menjadikan suasana antara pengunjung dan flamingo
menyatu.
Tidak jauh dari zona burung, kita pergi ke zona cakar. Kucing bakau memperlihatkan dirinya di
kandang kacanya, berjalan-jalan di depan para pengunjung. Sebelah kandangnya
ada serval juga menampakkan dirinya. Mereka tidak malu di hadapan pengunjung,
Aku menyiapkan kamera smartphone, cekrek.. cekrek.. cekrek.. membidik
tingkah mereka yang super gagah. Ada juga hewan pemalu yaitu macan tutul Jawa
sedang tidur di semak-semak. Ada lagi sepasang harimau Sumatera tidur diatas
batu.
Dekat lokasi. Ada yang dari pesisir pantai. Eitss..
dia adalah penguin jacksas. Mereka suka berenang di air bersama temannya,
dia berjalan melonggak-longgak, mengepak-ngepakkan sayapnya. Setiap kali
melihatnya, mereka lebih memilih suka berenang. Sering bergaya renang
memutar-mutar saat dive in. Saat atraksi renang dimulai, Aku langsung
mengambil smartphone untuk memotret gaya berenang memutar. Banyak
pengunjung melakukan spot foto karena penguin mengasikkan ini.
Kembali jalan ke posisi awal pintu masuk
belakang. Tidak jauh dari terminal, kita bertemu dengan unta punuk satu alias Camelus
dromedarius. Unta tersebut suka berjalan kesana-kemari dan terkadang dia
suka duduk di bawah teriknya sinar matahari. Hanya seekor dia bediri di
tamannya. Sekitar halaman kawasan hewan unta, kami duduk beristirahat sebentar
sambil makan dan minum di tengah teriknya matahari, menikmati kunjungan kawasan
hewan unta.
Kami memutari di sekita kawasan dekat hewan
unta seperti rekreasi mainan, gua dinosaurus, tempat duduk. Mencari halte
terdekat, ternyata dekat toko-toko. Terminal sedikit jauh dari kandang tupai jelarang,
kami menaiki transportasi kereta. Mendapati bagian kursi setelah kereta ke-2
datang.
Mulai sampai dekat lokasi kawasan gajah. Dari
jauh, kandangnya sangat luas sekali. Pengunjung dapat berswafoto dan memberi
pakan secara langsung bersama gajah Sumatera. Dari jauh gajahnya terlihat
besar.
Binatang lainnya termasuk zona mamalia adalah meerkat. Dia berlari agak cepat di sarang terbukanya,
Bersama teman-temannya, mereka selalu bekerja sama termasuk memburu dan salah
satu kawanan mereka mengawasi predator.
Di perjalanan. Kita menemukan wahana perahu
kayuh, bumper boat, dan speed boat dibuka. Siap menyambut Fun
Time para pengunjung Gembira Loka Zoo.
Menyusuri tempat, kita bertemu dengan
orangutan Kalimantan. Pengunjung penuh ramai menyaksikan hewan primata. Menatap
pandangan kepada para pengunjung bahwa dia sahabatnya. Dia sangat akrab
menyambut pengunjung dengan memberikan salam kepada pengunjung, dia melambaikan
tangan kepadaku juga.
Sahabat lain orangutan adalah simpase. Dia
lebih sibuk sendiri memakan makanan dibagikan oleh petugas dari pada menyambut
pengunjung. Bersama kawannya sedang asik bermain rumah-rumahan. Simpase dan
urangutan tinggal dalam satu rumah, mereka sangat akur.
Tidak jauh dari kawasan orangutan, kita menyeberangi
sungai Gajah Wong melalui jembatan penghubung ke bukit. Menaiki tangga sebelah
tangga utama, panorama terlihat bagus. Bertemu dengan gua dinosaurus serta
menangkap momen terindah dengan kamera smartphone. Setelah jepretan,
kita masuk terowongan panjang sekali jaraknya. Sampai di puncak bukit ada
wahana kendaaran ATV yang banyak jumlahnya, mini coffee, taman bermain
mini, dan mushola.
Dekorasi samping mushola berhias batu kerikil
putih bersusun tinggi. Aku menunggu ayah dan adik sepupu beribadah mushola. Setelah
menunggu ayah dan adik sepupu Salat Zuhur, kita memutuskan mengakhiri liburan
keluarga hari ini. Pintu keluar tidak jauh dari mushola. kami turun dan melihat
sungai mengalir deras, dibawah tangga berundak. Menjumpai kawasan masuk kebun
binatang lagi, kita sampai di pintu gerbang besar belakang terbuka lebar.
Meskipun sangat lelah setelah berwisata weekend
juga ada rasa happy buat kita. Kita dapat mengetahui banyak kondisi
berbagai zona hewan yang dahulunya mereka senang di alam bebas, kini mereka
tidak bisa menikmatinya seperti dahulu. Mereka hanya bisa ditemukan di kebun
binatang sebagai ‘status langka’, menjaganya karena sudah punah. Tanda-tanda
maraknya pemburuan hewan dan hutan lebih ke eksploitasi demi keuntungan masih
dirasakan hingga saat ini.